Selasa, 07 Mei 2019

Cara Menulis Novel : Elemen Novel yang Harus Anda Pahami Selasa, 07 Mei 2019


Novel adalah salah satu jenis buku yang mudah ditulis bagi semua orang. Tidak ada batasan profesi untuk bisa menulis novel. Yang membedakan hanyalah tingkat pengalaman seorang pemula dengan professional. Lalu, bagaimana cara menulis novel bagi pemula?

Cara Menulis Novel Bagi Pemula | Menulis novel tidaklah sesusah yang dibayangkan. Yang membuatnya susah adalah pikiran negatif kita sendiri dan bagaimana memulainya. Para pemula biasanya takut dengan kegagalan yang mungkin mereka hadapi.

Untuk menjawab bagaimana cara menulis novel, jawaban pertama adalah berani memulainya. Kita tidak perlu takut jika akhirnya novel itu hanya dinikmati oleh diri kita saja. Daripada kita hanya memendam imajinasi di dalam pikiran kita saja bukan?

Jika membahas cara menulis novel, kita harus mengetahui komponen-komponen yang wajib ada dalam sebuah novel. Lalu apakah itu? Berikut ini beberapa komponen yang wajib ada dalam sebuah novel.

Penokohan | Cara Menulis Novel |
Bayangkan jika kita ingin membuat sebuah pertunjukan, pasti kita membutuhkan “personil”. Ya, personil disini adalah orang-orang (tokoh) yang mengisi cerita dalam novel kita. Peran mereka bisa penting ataupun tidak, sesuai tuntutan kisah di dalamnya. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:

Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah seorang yang menjadi tokoh sentral cerita di dalam novel. Jangan disalahartikan bahwa tokoh protagonis selalu mempunyai sifat yang baik. Dalam beberapa cerita, tokoh protagonis adalah penjahat atau trouble maker itu sendiri. Lalu apa maksudnya protagonis?

Protagonis adalah tokoh yang menjadi pendukung utama cerita itu sendiri. Jika cerita di dalam novel tersebut adalah sebuah kisah yang berujung karma buruk, tentunya akan aneh jika sang protagonis bersifat baik bak malaikat. Walau protagonis bersifat baik biasanya mengisi jagad mainstream sebuah novel.

Sampai pada era 2000an, istilah protagonis mulai berkembang dan melahirkan beberapa istilah baru. Salah dua nya adalah hero dan heroine. Istilah ini kerap digunakan karena kebanyakan protagonis di dalam novel akhir 1999 bersifat baik. Lalu, apa bedanya?

Simpel, yang menbedakan Hero dengan Heroine hanya terletak pada gender. Jika Hero adalah protagonis pria, sedangkan Heroine adalah protagonis wanita.

Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah seorang yang selalu bertolakbelakang dengan tokoh protagonis. Tokoh ini adalah tokoh yang menentang konten cerita di dalamnya, sehingga tokoh ini pasti ditempatkan kepada pihak yang salah. Tokoh ini juga biasanya diwatakkan jahat, walau adapula yang diwatakkan baik. Hanya saja, meski baik sekalipun, tokoh antagonis pasti diposisikan untuk dibenci oleh audience ataupun yang disalahkan.

Pada umumnya tokoh antagonis berwatak jahat dan itu ikut melahirkan istilah Anti-Hero dan Anti-Heroine. Sama seperti sebelumnya, perbedaan istilah tersebut hanya terletak pada gender.

Karakterisasi | Cara Menulis Novel |
Banyak pemula mengira bahwa tokoh dan karakter memiliki makna yang sama. Padahal, nyatanya tidak sama sekali. Tokoh adalah orang yang berposisi dalam sebuah cerita, sedangkan karakter adalah sifat dari tokoh itu sendiri.

Karakterisasi juga disebut dengan perwatakan. Dimana watak dan karakter dalam novel tersebut berperan besar dalam proses cerita. Jika Anda ingin menulis novel yang penuh dengan konflik agar ceritanya lebih menarik, ciptakan karakter tokoh Anda kontras satu sama lain. Jika Anda terlalu banyak menciptakan karakter yang secara umum terlihat sama, sebesar apapun konfliknya, cerita akan sangat membosankan.

Alur/Plot | Cara Menulis Novel |
Jika berbicara alur atau plot, kita berbicara tentang tubuh dari novel itu sendiri. Tentunya melihat plot yang indah ibarat melihat tubuh yang indah dalam sebuah cerita. Tubuh yang terlau rumit untuk dilihat terkadang membuat plot di dalamnya memusingkan. Apalagi jika plot tersebut bercerita tentang perpindahan waktu yang kompleks.

Ada 3 jenis alur/plot dalam sebuah novel, yaitu
Plot maju
Plot ini adalah plot paling mudah dan paling umum digunakan oleh penulis, karena plot ini pasti akan berjalan maju ke depan terus.  Penulis dapat memasukkan flashback dalam plot ini, asalkan tidak mendominasi cerita. Sebab, jika cerita didominasi oleh flashback, maka plot tersebut dapat berubah menjadi plot mundur ataupun maju.

Plot mundur
Ciri-ciri plot mundur biasanya diawali dengan hasil klimaks di depan. Pembaca dalam hal ini akan dibuat bingung dengan situasi yang tiba-tiba sudah terjadi. Seolah-olah ending cerita ada di halaman awal. Jika Anda pernah melihat film “21” maka Anda telah melihat satu contoh (diluar novel) yang ceritanya menggunakan plot mundur.

Plot maju-mundur
Plot maju-mundur biasanya digunakan di dalam novel-novel fiksi best seller. Hanya saja, Anda harus memiliki keahlian khusus dan ketelitian tinggi agar pembaca tidak dibuat pusing dengan cerita di dalamnya. Biasanya plot maju-mundur memiliki presentase plot maju dan mundur sekitar 50:50. Novel yang menggunakan plot ini biasanya adalah novel fiksi ilmiah yang bermain dengan dimensi waktu, ataupun novel fiksi yang menonjolkan sebab-akibat sebuah konflik.

Setting | Cara Menulis Novel |
Setting bermain sangat penting dalam sebuah novel. Sebab, setting ibarat panggung yang Anda gunakan untuk sebuah pertunjukan. Perlu digarisbawahi pula, setting memiliki batasan dan aturan sendiri pada setiap jenis setting yang digunakan.

Misal, kita ingin membuat novel dengan setting abad pertengahan, maka kita tidak mungkin memasukkan settingan listrik, tank, dan smartphone sebagai atribut pendukung. Begitu pula dengan sebaliknya. Maka, biasanya penulis professional melakukan brainstorming setting agar tidak keluar kemana-mana.

Tips untuk membuat setting yang bebas sebebas-bebasnya, adalah dengan menciptakan dunia baru karya Anda sendiri. Hanya saja, Anda harus memiliki imajinasi tinggi dan memadukan realita dan fiksi. Imajinasi yang terlalu kompleks dapat menyebabkan pembaca susah menggambarkan imajinasi Anda, sedangkan imajinasi yang dangkal membuat cerita di dalamnya membosankan.

Sudut Pandang | Cara Menulis Novel |
Walau ada 3 jenis sudut pandang, di dalam novel, ada 2 jenis sudut pandang yang sering digunakan.

Yang pertama, adalah sudut pandang orang pertama. Sudut pandang ini biasanya menempatkan pembaca sebagai tokoh utama dalam cerita, ataupun orang yang mendukung tokoh utama. Pembaca akan memiliki tempat dalam cerita tersebut, sehingga pembaca ikut terlibat sebagai “Aku” di dalam cerita.

Yang kedua, adalah sudut pandang orang ketiga. Di dalam sudut pandang ini, pembaca hanyalah “penonton” pada sebuah pertunjukan. Mereka tidak akan dilibatkan dalam problematika yang ada di dalam novel, layaknya sebagai penonton biasa.

Adapun sudut pandang lain adalah sudut pandang orang kedua. Akan tetapi, karena sudut pandang ini susah untuk dibuat, maka sudut pandang ini pun jarang digunakan oleh para penulis.

Konflik dan Klimaks/Anti-Klimaks | Cara Menulis Novel |
Alangkah lucunya jika novel tidak menyuguhkan sebuah konflik. Konflik yang ada dalam novel bermacam-macam bentuknya. Ada yang disuguhkan di awal dan akhir cerita, adapula yang disuguhkan ditengah-tengah saja.

Jika disuguhkan di awal cerita, biasanya tokoh utama akan menghadapi suatu konflik dan dia gagal. Namun di konflik yang ke-2 (akhir) tokoh utama bisa jadi menang (karena ada juga yang tetap gagal).

Lalu, jika konflik di tengah-tengah novel, pasti di ending cerita nanti akan ada klimaks ataupun anti-klimaks. Klimaks berarti konflik di dalamnya mencapai puncaknya, tapi di akhir terselesaikan. Sedangkan anti-klimaks, akan membuat pembaca untuk menebak ending cerita tersebut, karena ending tidak dijelaskan secara terperinci.

Teknik Menulis Buku Ajar dengan Gaya Ilmiah Populer


Keberadaan buku ajar sebagai salah satu sumber belajar di perguruan tinggi menjadi hal yang tidak dapat dikesampingkan. Buku ajar bukan hanya sekedar cerminan dari kesadaran kolektif dari insan akademik, lebih daripada itu juga menjadai salah satu sarana untuk memperluas cakrawala pengetahuan mahasiswa. Sayangnya, kebanyakan penulis buku ajar terjebak dengan gaya teknik menulis yang itu-itu saja.

Teknik Menulis | Berkaitan dengan hal tersebut, dibutuhkan ketrampilan dalam menyajikan buku ajar dengan gaya bahasa ilmiah populer. Dengan permainan tata bahasa ilmiah populer, maka buku ajar akan menjadi lebih komunikatif dan muda dipahami oleh para mahasiswa.

Teknik Menulis | Banyaknya Tata Permainan Bahasa (language-games) di dalam kehidupan, menyebabkan manusia tidak mungkin berbahasa hanya dalam satu cara. Selain itu, tidak mungkin pula menganggap komunikasi hanyalah sekadar penyampaian pesan dari komunikator ke komunikannya. Itu sebabnya, dewasa ini komunikasi lebih dimaknai sebagai penstrukturan kosa kata dan sintaksis berdasarkan konstruksi fakta yang terekspresikan. Oleh karena itu, komunikasi bersifat emansipatori (bukan lagi saling menguasai). Komunikasi yang tidak emansipatoris, berdampaknya pada sering munculnya kekeliruan epistemologi (keliru pengetahuan karena tidak cermat dalam memahami kata, istilah, atau ungkapan) (Bahan Tayang (tata permainan) Bahasa Artikel Ilmiah).

Teknik Menulis | Pemahaman terhadap tata permainan bahasa yang baik akan membuat tulisan menjadi lebih mudah dipahami. Tata permainan bahasa yang dimaksud di sini bukan hanya dalam konteks ilmiah, melainkan juga berkaitan dengan bahasa yang mengandung nilai kehidupan. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam komunitas sosial. sebagaimana yang diuraikan oleh Wibowo (2016:55), pelbagai tata permainan bahasa yang sehari-hari digunakan dalam kehidupan, juga sekaligus mengandung suatu nilai komunitas sosial. Artinya, meskipun komunitas sosial buku ajar menunjukkan latar belakang keilmuan tertentu, fakta menunjukkan bahwa para insan akademik di dalamnya sebenarnya “terikat ” dengan suatu lingkungan budaya. Itu sebabnya, pesan yang diungkapkan dari buku ajar tidak bisa dilepaskan dari makna sosial yang berciri-ciri khas Indonesia dan disajikan melalui bahasa Indonesia gaya ilmiah populer.

Teknik Menulis | Kata ilmiah sering diartikan untuk hal yang berkaitan dengan kaidah ilmu pengetahuan. Dimana istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah (Suwardi Lubis). Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, populer berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak (http://kbbi.web.id/populer). Dari penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa gaya penulisan ilmiah populer adalah gaya penulisan buku ajar dengan bahasa yang lebih mudah dipahami mahasiswa dengan tetap memperhatikan kaidah ilmiah. Alhasil, dalam proses penyusunan buku ajar yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan, secara otomatis akan mengalami reduksi makna. Namun, yang perlu diingat, reduksi makna tersebut tetap memperhatian sumber rujukan sebagai wujud pertanggungjawaban ilmiah penulis. Adapun contoh yang dapat menjelaskan perbedaan antara tata permainan bahasa ilmiah populer dan tata permainan bahasa lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Rifai (2007) yang dikutip dari Buku Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi: Hakikat, Formulasi, dan Problem Etisnya, yaitu:

Tata Permainan Bahasa Ilmiah Populer | Teknik Menulis |
Pasar merupakan salah satu sistem ekonomi tempat melakukan transaksi berdasarkan asas pasokan dan permintaan. Terasi yang dijadikan komoditas perdagangan di pasar dibuat melalui proes fermentasi aerob dan anaerob berbahan baku surplus udang dan ikan.

Tata Permainan Bahasa Ilmiah | Teknik Menulis |
Pasar merupakan tempat orang memperjualbelikan terasi setiap pekan atau pada hari pasar. Terasi yang diperjualbelikan di pasar dibuat dari sisa udang dan ikan yang tidak habi sterjual.

Tata Permainan Bahasa Lisan (Percakapan) | Teknik Menulis |
“Ke mana, Bu? ”
“Ke pasar!”
“Ngapain?”
“Ah, udah tahu pakai tanya-tanya. Mau jual terasi!”

Tata Permainan Bahasa Tulis (Percakapan) | Teknik Menulis |
“Ibu mau berangkat kemana?”
“Akum au pergi ke pasar.”
“Untuk apa Ibu berkunjung ke pasa?”
“Ah, engkau pasti sudah mengetahuinya, jadi untuk apa menanyakan? Akum au menjual terasi yang selalu kuperdagangkan untuk menghidupimu.”

Teknik Menulis | Tanpa ada ketrampilan dalam menyajikan dan memahami tata permainan bahasa, maka benarlah apa yang disampaikan oleh Wittgenstein “Batas Bahasamu adalah batas duniamu”. Dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa apa yang kita ketahui hanyalah sebatas kata-kata yang kita gunakan. Selamat Menulis !!!

Referensi:
Wibowo, Wahyu, 2016, Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi: Hakikat, Formulasi, dan Problem Etisnya, Jakarta: Rajawali Pers.
Suwardi Lubis, Teknik Penulisan Ilmiah Populer (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara), http://library.usu.ac.id/download/fisip/komunikasi-suwardi%20lbs2.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), http://kbbi.web.id/populer

Teknik Menulis Tata Letak Paragraf saat Menulis Buku


Berbicara kembali tentang paragraf, jika kesempatan lalu mengulas macam-macam paragraf, hal penting lain saat menulis buku adalah memperhatikan letak kalimat.

Berdasarkan letak kalimat utama teknik menulis buku ada tiga bentuk paragraf. Yaitu paragraf deduktif, induktif dan generalisasi. Ketiga bentuk letak paragraf tersebut dapat digunakan untuk membantu kita dalam memetakan tulisan. Misalnya, setiap kali menulis, kita juga harus memikirkan letak ide pokok utama kita, apakah ingin di tempatkan di awal kalimat dalam paragraf, atau di akhir kalimat pada paragraf. Kita juga bisa menempatkan ide pokok dengan cara generalisasi. Untuk memudahkan, berikut adalah uraiannya berdasarkan tata letaknya.

Teknik Menulis Paragraf deduktif
Paragraf deduktif, paragraf yang menempatkan pokok persoalan (kalimat topik) di kalimat pertama pada paragraf. Kalimat kedua sebagai kalimat penjelas. Dalam teknik menulis buku letak paragraf deduktif lebih mudah dipahami bagi pembaca dan penulis pemula. Meskipun untuk beberapa kasus, masalah letak penempatan kalimat topik secara deduktif, induktif ataupun campuran tergantung dari kebiasaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola yang disampaikan pada paragraf deduktif adalah memaparkan kalimat umum ke khusus. Lalu apa perbedaan kalimat umum dan kalimat khusus? prinsipnya sebenarnya sama, sebagai pokok pikiran dan sebagai topik pembahasan. Topik adalah tema yang Anda angkat dan dikembangkan.

Teknik Menulis Paragraf induktif
Paragraf induktif, penulisan kalimat yang dituliskan kebalikan dari paragraf deduktif. Yaitu menempatkan kalimat topik di akhir paragraf. penyampaian tulisan biasannya diawali dengan kalimat-kalimat penjelas di awal paragraf. Kemudian di akhir kalimat-kalimat penjelas ditegaskan kalimat topik yang sebenarnya ingin disampaikan.

Ciri-ciri paragraf induktif adalah disampiankan dari kalimat khusus ke umum. Ciri kedua, pokok pikiran terletak di akhir paragraf, dan ketiga akhiri dengan kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa ciri paragraf induktif adalah kebalikan dari paragraf deduktif. Meskipun demikian, dua letak paragraf tersebut memiliki peran yang penting dalam proses menulis buku.

Kapan paragraf induktif diterapkan? Dan kapan paragraf deduktif di gunakan? Pada prinsipnya tidak ada aturan baku yang mengatur. Semua kembali dari konteks dan kepantasan menurut si penulis. Selama proses penulisan berdasarkan letak paragraf, seorang penulis memang dituntut untuk memainkan rasa dan memahami teks dan konteks. Kenapa demikian? Karena dalam proses menulis, kita harus melihat kepantasan dan kesinambungan dari paragraf satu dengan paragraf lainnya. Ketika paragraf di rasa meloncat terlalu jauh, maka harus bagaimana caranya seorang penulis mengemas tulisan tersebut nyaman dan menarik untuk dibaca.

Selain memperhatikan keterkaitan satu paragraf satu dengan paragraf lain yang tidak saling berkaitan, disebut dengan generalisasi. Apa itu paragraf generalisasi? Sebelumnya kita ulas sedikit di sini. Paragraf induktif dibagi menjadi paragraf generalisasi, kausalitas dan analogi.

Generalisasi adalah cara penyampaian tulisan dengan mencantumkan fakta khusus, upaya ini seringkali digunakan untuk mengarahkan pada kesimpulan yang bersifat umum. Di dalam generalisasi terbagi lagi menjadi bentuk lain, yaitu generalisasi loncatan induktif dan generalisasi tanpa loncatan deduktif. Loncatan induktif merupakan paragraf yang berlawanan dari fakta yang ada. Sayangnya, fakta tersebut dianggap lemah karena belum mewakili semua persoalan, karena data yang diambil belum secara keseluruhan. Berlaku sebaliknya untuk jenis paragraf generalisasi tanpa loncatan induktif, yaitu paragraf yang memaparkan fakta lebih lengkap, sehingga tingkat kepercayaan memuaskan dan dapat dipercaya.

Analogi, bentuk paragraf yang penyusunannya disampaikan menggunakan perbandingan. Proses perbandingan hal yang berbeda, namun memiliki sifat sama. Dengan kata lain, dari perbedaan yang ada dicari sisi kesamaan, upaya untuk memudahkan dalam hal pemahaman.
Hubungan kausal, proses penyusunan paragraf yang menyuguhkan data/informasi berdasarkan sebab-akibat, atau sebaliknya akibat-sebab. Misalnya, karena semalaman tidak tidur sampai pukul 04.00 WIB, Jihan tertidur saat jam pelajaran berlangsung (sebab-akibat), begitupun sebaliknya.

Teknik Menulis Paragraf Campuran
Menulis buku dengan paragraf campuran paling dihindari. Kenapa? Karena menyulitkan pembaca menangkap apa yang ingin disampaikan oleh penulis, meskipun ada juga pembaca yang menyukai gaya penulisan paragraf campuran. Paragraf campuran disampaikan dengan mengemukakan ide pokok yang diikuti dengan kalimat penjelas, dan diakhiri dengan ide pokok. Memang ada dua ide pokok di awal dan di akhir. Ide pokok di akhir sebagai kalimat penegas.

Itulah tiga hal penting paragraf berdasarkan letaknya ketika hendak menulis buku. Semoga dengan pembahasan di atas kembali menyegarkan ingatan untuk kembali mencoba dan memulai lagi menulis. Barangkali ulasan di atas terkesan normatif dan formal. Apapun itu, prinsip kesuksesan seorang penulis buku adalah berani mencoba kesempatan yang ada. Bagaimana jika dalam menulis tidak sesuai seperti poin di atas? Jawabannya pun tidak masalah, tetap teruskan menulis. Sebagai bahan pembelajaran, tidak masalah tidak menggunakan aturan seperti ulasan ini. Ikuti prosesnya, perlahan-lahan mulai belajar dan melakukan seperti yang diulas di bab ini. Semoga tulisan ini bermanfaat, semoga upaya menulis buku Anda menjadi buku laris.

Teknik Menulis Kelengkapan Paragraf dalam Buku


Kunci teknik menulis buku yang diminati oleh pembaca terletak pada penyampaian tulisan dari paragraf satu ke paragraf lainnya. Kelihatannya sepele, tetapi penulisan paragraf yang baik itu seperti pondasi bangunan yang megah.

Dalam teknik menulis buku, selain konten yang menarik, penulis tahu paragraf yang baik itu bagaimana. Penulisan paragraf pun tidak susah-susah gampang. Kali ini akan mengupas tentang penulisan paragraf agar tulisan menjadi lebih baik.

Paragraf memiliki satu kalimat utama. Sifat kalimat utama adalah umum. Dibelakang kalimat utama disertai kalimat penjelas yang bersifat khusus. Satu paragraf yang baik disampaikan secara berkaitan satu sama lain. Ada keterkaitan antar kalimat satu dengan kalimat yang lain.

Pentingnya menuliskan tulisan lewat paragraf tidak hanya diberlakukan untuk menulis artikel saja, tetapi juga untuk keperluan menulis buku yang komprehensif. Lalu seperti apa paragraf yang baik? Berikut beberapa ciri paragraf yang baik dan enak dibaca.

Kesatuan
Teknik Menulis | Masih ingatkah pelajaran Bahasa Indonesia sewaktu di SMP? Pelajaran tentang paragraf yang baik dan benar. Paragraf yang baik memiliki satu gagasan utama. Dari gagasan utama terdapat penjelas yang masih menjelaskan dengan gagasan utama, sebagai kalimat penjelas. Terkadang, ada juga satu paragraf terdapat gagasan lain, tapi itu masih dalam lingkup gagasan utama tadi.

Prinsip gagasan utama dalam paragraf adalah fokus. Gagasan utama sebagai pengendali atau sebagai jalur mengarahkan arah tulisan berikutnya. Bagaimana jika dalam satu paragraf terjadi penyimpangan dan keluar dari gagasan utama? Kita sebagai penulis tentu akan melakukan proses yang dinamakan elipsis, atau proses edit. Dalam proses ini kita bisa menghapus kalimat yang melenceng jauh dari gagasan utama yang kita buat.

Dalam satu paragraf, dijelaskan dengan kalimat yang saling berhubungan. Itu sebabnya satu paragraf harus menjadi satu kesatuan pembahasan ide pokok. Namun, pada kenyataannya, saat menulis, seringkali kita mengalami kesulitan menyambungkan kalimat satu dengan yang lain. Maka, munculah istilah kata hubung. Kata hubung inilah yang berfungsi untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain agar menjadi kesatuan.

Kepaduan
Teknik Menulis | Bagi yang tidak terbiasa menulis, membuat satu paragraf yang kesatuan memang sulit. Lalu bagaimana dengan kepaduan dalam teknik menulis paragraf yang baik? Saat menulis, seorang penulis tidak hanya berfokus pada penyusunan kalimat saja. Tetapi juga memikirkan tentang logis dan tidak logis ide dan penjelasan yang dituangkan.

Penulisan paragraf yang baik juga memperhatikan gramatikal. Prinsip dari kepaduan sebuah paragraf terjalin secara logis dan gramatikal. Penulis mampu mengajak pembaca menikmati alur proses yang disampaikan tahap demi tahap. Dengan kata lain, harus ada perpindahan antara kalimat satu dengna kalimat lain secara bertahap. Hindari loncatan kalimat, yang membuat pembaca merasa di-PHP.

Ketuntasan
Teknik Menulis | Ketuntasan adalah kunci suatu keberhasilan. Termasuk keberhasilan seorang penulis menyampaikan ide lewat tulisan. Seringkali saat kita membaca, masih ditemui tulisan yang belum tuntas dalam satu paragraf. Paragraf yang tidak disampaikan secara tuntas biasannya membuat pembaca menjadi bertanya-tanya. Meskipun untuk konteks yang lain, penulis menimbulkan sebuah pertanyaan kepada pembaca itu perlu.

Ketuntasan satu ide pokok dalam satu paragraf pun relatif. Pasti Anda pernah membaca sebuah tulisan bukan? Tulisan yang satu paragrafnya berisi banyak kalimat, panjangnya hampir memenuhi setengah halaman sendiri. Namun Anda belum puas dan masih bertanya maksud yang ingin disampaikan. Atau Anda pernah membaca tulisan yang disampaikan dengan paragraf yang singkat, dan Anda merasa puas dengan paparannya. Dengan kata lain, panjang dan pendeknya paragraf tidak menjamin ketuntasan penulisan.

Keruntutan
Teknik Menulis | Ciri tulisan yang baik adalah tulisan yang disampaikan secara runtut. Tulisan yang runtut menjadikan tulisan itu enak dibaca. Tidak hanya itu, pembaca juga tak akan merasa bosan tulisan hingga titik terakhir.

Metode penulisan agar tulisan runtut terbagi menjadi beberapa hal. Runtut secara urutan waktu, penjelasan dari umum ke khusus atau penjelasan dari khusus ke umum. Keruntutan bisa juga disampaikan berdasarkan kronologi tempat dan urutan pertanyaan. Keruntutan dibuat dimaksudkan untuk memudahkan pembaca memahami apa yang penulis sampaikan.

Jika Anda pernah mencermati tulisan yang pernah dibaca, akan merasakan kesan berbeda. setidaknya, tulisan yang runtut lebih mudah untuk kita terima dan kita tangkap. Begitupun saat kita menulis buku, kita menuliskan dengan runtut agar pembaca tidak mengalami kebosanan.

Dapat disimpulkan bahwa prinsip penulisan paragraf yang runtut adalah penulisan yang disusun secara sistematis, berurutan. Hindari terjadinya lompatan kalimat atau lompatan ide. Dengan kata lain, tidak ada salahnya kita mengajak pembaca untuk merasakan proses ide yang ingin kita sampaikan. Hal ini justru akan membuat pembaca seolah-olah terlibat didalamnya, dan merasakan emosi.

Teknik Menulis | Dari keempat ulasan di atas, kita menjadi tahu bagaimana membuat paragraf yang baik saat menulis buku. Anda penulis pemula dan masih binggung proses pengaplikasian poin di atas? Jangan putus asa. Tetaplah menulis. untuk mahir dan paham poin di atas memang membutuhkan jam terbang dan beberapakali kegagalan. Jika sulit, tidak ada salahnya diawali menulis satu atau dua paragraf. Prinsipnya adalah, ikuti proses dan selamat mencoba. Menulislah meski hanya satu kalimat.

Teknik Menulis: Membuat Tujuan Menulis Melalui Metode 5W


Dalam teknik menulis buku, tentu kita perlu menetapkan tujuan supaya buku yang kita tulis jelas arah dan isinya untuk dinikmati kalangan publik.

Teknik menulis | Tujuan merupakan salah satu aspek penting yang kita miliki di dalam kehidupan ini, termasuk di dalam dunia kepenulisan. Tanpa adanya tujuan, tentu berbagai hal yang kita lakukan tidak memiliki makna. Artinya tidak ada target yang ingin kita capai. Ketika target tersebut tidak ada, maka kita cenderung apatis terhadap berbagai hal yang akan kita jalani. Bahkan terkadang kita akan mengalami kebingungan ketika akan melangkah. Menulis buku juga tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang kita miliki. Tanpa adanya tujuan, buku yang kita buat pada dasarnya tidak bermakna sama sekali. Bahkan isinya pun cenderung tidak jelas dan berbobot. Kondisi tersebut nantinya berdampak pada kualitas buku yang kita hasilkan. Dengan kualitas yang pas-pasan, tentu masyarakat juga akan cenderung berpikir berulang-ulang untuk membeli buku yang kita buat sendiri. Berangkat dari hal tersebut, menulis buku tanpa menetapkan tujuan yang jelas tentu hanya akan membuang-buang waktu.

Menetapkan tujuan dalam menulis buku akan memudahkan kita sebagai penulis untuk menuangkan ide-ide yang ingin kita sebarkan kepada publik. Ketika tujuan tersebut sudah kita tetapkan, maka langkah selanjutnya adalah membuat jalan yang nyaman bagi kita untuk meraih tujuan tersebut. Sebagai contohnya, ketika tujuan kita menulis buku adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap dunia politik, maka kita perlu menyusun bagian-bagian dari isi buku yang kita tulis. Bagian yang kita buat tentu harus enak dibaca dan mudah dipahami oleh masyarakat. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kata politik sendiri yang cenderung dihindari oleh masyarakat sehingga kita perlu merangkainya dengan sesuatu yang unik dan menarik. Dengan strategi tersebut diharapkan masyarakat nantinya dapat teredukasi terkait hal-hal politik. Selain itu, kita juga perlu merangkai hal-hal yang ingin kita berikan kepada masyarakat melalui bab dan sub-bab.

Selanjutnya, terkadang sebagai penulis kita mengalami kesulitan dalam menentukan tujuan yang ingin kita capai dalam teknik menulis buku. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menemukan tujuan yang ingin kita capai melalui strategi 5W.

Teknik Menulis Tujuan Menulis | What?
Kata tanya what ini pada dasarnya merujuk pada sesuatu yang perlu dibaca dari buku yang kita buat. Artinya kita sejak awal sudah harus menentukan dan menemukan alasan atau hal apa yang perlu dibaca dari buku kita. Apakah buku yang kita buat bersifat persuasif, informatif, atau deskriptif. Ketika kita sudah menemukan tipe tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan jenis buku yang kita buat yaitu buku ajar, referensi, novel, atau lain sebagainya. Tentu akan berbeda apabila kita ingin membuat buku referensi. Artinya setiap jenis buku tersebut memiliki strategi sendiri untuk mengisi bagian kontennya, termasuk kata-kata yang dirangkainya. Sebagai contoh ketika kita ingin menulis buku tentang politik, maka kita perlu menentukan apa yang perlu dibaca dari buku kita. Misalnya tujuan kita adalah supaya masyarakat melek terhadap fungsi dan peran partai politik, maka kita perlu menyusun konten yang sesuai dengan tujuan kita supaya publik lebih mudah memahami tulisan kita.

Teknik Menulis Tujuan Menulis | Who?
Langkah selanjutnya adalah kita sebagai penulis perlu untuk menentukan siapa yang sekiranya akan membaca buku yang kita buat. Artinya secara tidak langsung kita menentukan segmentasi pembaca. Ketika kita membuat buku tentang pariwisata, maka tentu segmentasi pembacanya adalah mereka yang sedang mempelajari hal kepariwisataan dan atau mereka yang tertarik dengan isu-isu wisata. Apabila segmentasi tersebut sudah jelas, maka kondisi tersebut akan mempermudah kita dalam membuat konten buku. Hal tersebut nantinya juga akan berpengaruh pada gaya bahasa atau teknis penulisan yang kita buat. Ketika segmentasinya adalah mahasiswa yang ada di jurusan kepariwisataan, maka bahasa yang kita gunakan cenderung akademis dan kaku. Berbeda ketika segmentasi pembacanya adalah masyarakat umum yang tidak terlalu paham terkait dunia kepariwisataan, tentu bahasa yang digunakan cenderung lebih ringan dan mudah dipahami. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk menentukan segmentasi pembaca.

Teknik Menulis Tujuan Menulis | Where?
Hal lain yang perlu kita tentukan adalah dimana buku yang kita buat enak untuk dibaca. Kondisi tersebut nantinya juga akan menentukan gaya kepenulisan yang kita buat. Apabila buku yang kita buat cenderung bersifat hiburan, tentu gaya bahasa yang digunakan cenderung ringan. Kita juga perlu menentukan dimana tempat yang cocok untuk pembaca dalam rangka menikmati buku kita. Apakah enak dibaca di ruang terbuka umum, rumah, atau tempat edukasi (sekolah dan universitas). Sebagai contohnya ketika kita ingin menyusun buku referensi, maka tentu tempat yang cocok untuk digunakan adalah universitas. Artinya buku yang kita buat nantinya juga harus menggunakan bahasa-bahasa yang cenderung ilmiah dan akademis. Buku tipe tersebut juga terkadang tidak sesuai dibaca di beberapa tempat tertentu yang tidak mendukung, meskipun sebenarnya buku bisa dibaca dimana saja. Meskipun demikian, tetap saja ada tempat-tempat tertentu yang enak dipakai ketika kita sedang membaca buku.

Teknik Menulis Tujuan Menulis | When?
Selanjutnya, kita juga perlu mengestimasi kira-kira kapan buku kita enak untuk dibaca oleh masyarakat umum. Apakah pada waktu sekolah atau mahasiswa mulai masuk kuliah ataukah ketika liburan. Ketika kita membuat buku tentang pengetahuan tempat-tempat wisata di Yogyakarta, maka waktu yang tepat untuk membaca buku tersebut ketika banyak orang yang mulai berencana berlibur di Yogyakarta. Artinya ada waktu-waktu tertentu dimana orang akan melakukan proses liburan atau wisata. Bisa jadi di waktu liburan sekolah atau semester bagi mahasiswa. Tidak menutup kemungkinan juga ketika libur di hari-hari tertentu. Kondisi tersebut nantinya juga akan berpengaruh pada teknis kepenulisan yang akan kita gunakan di dalam buku kita. Dengan demikian, pembaca merasa menggunakan buku yang kita tulisa dalam waktu yang tepat sehingga mereka enak dalam memahami buku yang kita buat tersebut. Secara tidak langsung, waktu juga menjadi salah satu dasar pertimbangan kita ketika menulis buku.

Teknik Menulis Tujuan Menulis | Why?
Hal yang tidak kalah penting dari penentuan tujuan menulis buku adalah mengapa masyarakat perlu membaca buku yang kita buat. Sebagai seorang penulis, kita perlu menentukan urgensi mengapa seseorang perlu membaca buku kita. Dengan kata lain, ada sebuah kerugian bagi pembaca yang kita sodorkan ketika mereka tidak membaca buku yang kita tulis. Ketika membuat bagian tersebut, tentu kita harus memiliki argumen yang kuat sehingga tulisan kita memiliki daya tawar yang tinggi di mata publik. Hal tersebut secara tidak langsung juga memaksa publik untuk membaca buku yang sudah kita buat tersebut. Dari teknis pemasaran, konten tersebut cukup bermanfaat dalam rangka menarik minat publik untuk membeli dan menikmati tulisan yang sudah kita buat

Referensi
Arifin, Syamsul dan Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi, Jakarta: PT Grasindo.

Cara Mengasah Teknik Menulis Buku Non-Fiksi dengan Mudah


Latihan dan mempraktikkan teknik menulis adalah cara yang baik untuk menjadikan pekerjaan menulis buku menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Teknik Menulis non-fiksi pada dasarnya relatif lebih sulit apabila dibandingkan dengan proses pembuatan buku fiksi. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari sifat buku non-fiksi itu sendiri yang membutuhkan keseriusan tinggi. Kita juga memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk bisa menerbitkan buku tersebut. Biasanya proses tersebut memakan waktu lebih dari 6 bulan. Proses tersebut akan terasa lebih lama apabila kita memiliki pekerjaan lain yang menyita banyak waktu. Selain itu, proses pengumpulan data dan materi juga menjadi salah satu tahapan yang membutuhkan banyak waktu. Artinya sebagai seorang penulis, kita perlu untuk melakukan penelitian singkat, baik secara langsung di lapangan atau melalui skenario literature review. Kondisi tersebut tentu tergantung pada metode penulisan yang kita gunakan. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa menulis buku juga memerlukan patokan-patokan tersendiri yang sudah kita tentukan sebelumnya. Apabila metode penelitian yang kita gunakan adalah etnografi, maka kita memerlukan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan data. Hal tersebut disebabkan karena kita perlu tinggal sementara waktu bersama masyarakat yang menjadi objek kita.

Bagi penulis pemula, teknik menulis non-fiksi adalah sesuatu yang cenderung sulit untuk dilakukan. Meskipun demikian, pekerjaan tersebut sebenarnya akan mudah dikerjakan apabila kita sudah terbiasa menulis. Kemampuan kita dalam menulis buku juga akan terasah dengan sendirinya apabila kita giat berlatih. Latihan tersebut bisa dimulai dengan membuat tulisan-tulisan yang sederhana seperti artikel, opini, esai, dan lain sebagainya yang tidak memakan banyak waktu. Akan menjadi lebih baik apabila kita memiliki mentor tersendiri yang bisa mendampingi kita ketika menulis. Mentor tersebut nantinya akan mengoreksi tulisan kita secara menyeluruh, baik dari sisi substansi ataupun teknik kepenulisan. Tidak hanya itu, kita juga bisa meminta bantuan dari rekan-rekan kita untuk membaca tulisan yang sudah kita buat. Dengan demikian, kita bisa meminta pendapat mereka tentang tulisan yang kita buat. Apakah tulisan yang kita buat sudah bisa memberikan kejelasan makna sehingga mudah dipahami oleh pembacanya. Lebih jauh, berikut beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan untuk mengasah kemampuan menulis yang kita miliki.

Teknik Menulis Satu Alinea
Teknik Menulis | Langkah mudah pertama yang bisa kita lakukan untuk mengasah kemampuan menulis kita adalah dengan membuat alinea atau paragraf. Membuat satu alinea pada dasarnya merupakan sesuatu yang mudah, tetapi sebenarnya tidak semudah yang kita bayangkan. Hal tersebut terlihat sulit karena ada gagasan yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Apabila pemahaman pembaca terhadap tulisan yang kita buat tidak tersampaikan, maka ada sesuatu yang salah di dalam paragraf yang sudah kita buat. Oleh karena itu, kita harus berlatih untuk membuat paragraf yang jelas dan mudah dipahami. Membaca artikel koran bisa menjadi salah satu sumber pembelajaran yang bermanfaat karena artikel yang diterbitkan sudah melewati proses saringan. Artinya tulisan tersebut sudah dikoreksi oleh redaktur dan editor. Satu hal yang pasti bahwa satu paragraf yang kita buat harus mengandung ide pokok, baik di bagian awal ataupun akhir paragraf. Dengan demikian, pembaca akan dengan mudah memahami pesan yang ingin kita sampaikan.

Teknik Menulis Membuat Kalimat Pembuka
Teknik Menulis | Selanjutnya, bagian pembuka juga menjadi bagian yang vital ketika kita menulis buku. Kalimat pembuka pada dasarnya berfungsi sebagai pintu masuk pembaca. Artinya kita harus membuat kalimat tersebut semenarik mungkin supaya pembaca terkesan terhadap tulisan yang sudah kita buat. Selain itu, pembukaan yang menarik juga akan membuat para pembaca tertarik untuk terus melanjutkan aktivitas membacanya hingga selesai. Beberapa trik yang bisa kita gunakan untuk membuat pembuka yang menarik yaitu dengan menampilkan kata-kata mutiara atau pendapat para ahli yang bisa dijadikan fakta pendukung dari argumen yang sedang kita bangun. Dengan demikian, pintu masuk yang kita buat akan cenderung lebih menarik dan bisa dinikmati oleh para pembaca. Bagian tersebut tidak hanya dibuat di bagian paling depan dari buku yang kita tulis, tetapi juga bisa kita selipkan di setiap bab yang kita buat. Hal tersebut dilakukan supaya setiap bab yang kita buat bisa memunculkan kebaruan yang akan menarik minat pembaca untuk terus mencari informasi di setiap bab yang sudah kita buat.

Teknik Menulis memperluas Wawasan Terkait Tema yang Serupa
Teknik Menulis | Langkah berikutnya yang bisa kita gunakan untuk mengasah kemampuan kita dalam menulis adalah dengan memperluas wawasan yang sudah kita miliki. Cara yang bisa ditempuh yaitu dengan membaca banyak referensi yang sejalan dengan tema yang kita angkat. Ketika tulisan kita terkait dengan ilmu pariwisata, maka kita perlu banyak membaca referensi yang membahas tentang pariwisata. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan supaya secara substansi, kita bisa membuat sebuah tulisan yang memang memiliki kualitas baik. Selain itu, proses tersebut secara tidak langsung juga akan mengasah kemampuan kita dalam menyusun buku. Mulai dari merangkai argumen hingga data-data yang ingin kita paparkan. Kita bisa mengetahui banyak hal tersebut dari berbagai referensi yang sudah kit abaca sebelumnya. Oleh karena itu, membaca banyak referensi menjadi hal yang wajib kita lakukan karena tidak hanya bermanfaat bagi substansi yang kita buat, tetapi juga teknis kepenulisan yang kita aplikasikan.

Teknik Menulis Membuat Kalimat yang Menakjubkan
Teknik Menulis | Hal penting lain yang juga kita perlukan dalam teknik menulis adalah kemampuan kita dalam membuat kalimat-kalimat yang menakjubkan. Adapun yang dimaksud dengan menakjubkan adalah kalimat yang mampu membuat pembaca tertarik untuk terus membaca tulisan kita. Kalimat tersebut bisa disusun dengan merangkai opini dan data-data yang sekiranya tidak banyak diketahui oleh banyak orang. Sebagai contohnya, kita bisa menjelaskan sebuah fakta bahwa bumi itu sebenarnya datar yang didasarkan oleh beberapa teori dan penelitian oleh para ilmuwan. Fakta tersebut tentu akan membuat pembaca semakin penasaran apakah benar bumi yang sebenarnya itu datar. Selain itu, kita juga bisa menggunakan beberapa majas yang menarik seperti hiperbola, retoris, dan lain sebagainya. Majas tentu sudah sering digunakan oleh para penulis untuk membuat tulisannya terlihat lebih ‘seksi’ sehingga pembaca akan tertarik membacanya.

Teknik Menulis Biasakan Membuat Sesuatu yang Berbeda
Teknik Menulis | Terakhir, sebagai seorang penulis, kita dituntut untuk memiliki sebuah kreativitas supaya karya yang kita buat tidak sama dengan karya-karya yang sudah dibuat oleh orang lain. Dengan kata lain, ada pembeda antara karya kita dengan karya orang lain. Kemampuan tersebut bisa kita asah dengan melakukan berbagai pengamatan terhadap karya orang lain. Sebagai contohnya kita bisa melihat isi dari buku orang lain yang memiliki kesamaan tema dengan tulisan yang kita buat. Setelah mengetahui isinya, sebisa mungkin tulisan yang kita buat berbeda dengan tulisan orang lain. Alangkah lebih baik lagi apabila tulisan kita bersifat melengkapi isi dari tulisan yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya, kita juga dituntut untuk mengumpulkan berbagai data atau materi yang sekiranya mendukung kreativitas kita dalam menulis buku. Meskipun terlihat berat, hal tersebut sebenarnya cukup bermanfaat bagi kita sendiri sebagai penulis.

Teknik Menulis: Membuat Paragraf Efektif dalam Buku


Dalam teknik menulis, penulis tidak boleh asal menuliskan paragraf-paragraf. Mereka wajib menuliskan paragraf yang efektif dan mudah dipahami.

Penulisan paragraf juga merupakan bagian penting dari teknik menulis buku. Dalam penulisannya, para penulis tidak bisa sembarangan menuliskan kalimat demi kalimat begitu saja. Dengan kata lain, menulis paragraf bukan semata-mata menulis beberapa kalimat yang digabungkan dalam satu kesatuan. Jika tidak disusun secara utuh, paragraf tidak akan memiliki gagasan. Hubungan antar kalimat juga tidak akan dapat ditemukan. Selain itu, isinya juga cenderung berantakan dan tidak runtut atau tidak mengalir.

Dalam teknik menulis buku, penulisan paragraf harus efektif. Syarat penulisan paragraf efektif adalah utuh, bisa dikembangkan dengan baik, mudah dipahami, dan berbentuk penjelasan yang mengalir dari tiap-tiap kalimatnya. Paragraf yang utuh berarti memiliki ide utama atau gagasan pokok, yang dikembangkan dalam bentuk kalimat topik. Dengan adanya kalimat topik, gagasan dari sebuah paragraf dapat terkontrol. Paragraf yang efektif juga hendaknya bisa dikembangkan dengan baik, dan dituliskan dalam bentuk kalimat-kalimat yang rinci, relevan, dan memadai. Di samping itu, penjelasan dari satu kalimat ke kalimat yang lain juga sebaiknya menunjukkan adanya alur yang mengalir.

Paragraf yang efektif adalah paragraf yang dapat dikembangkan. Dalam teknik menulis buku, penulisan paragraf bisa dikembangkan menjadi berbagai jenis. Pertama, paragraf yang dijadikan sebagai susunan isi buku dapat dituliskan dalam bentuk narasi. Paragraf narasi berisi cerita atau pemaparan mengenai suatu hal yang terjadi. Kemudian paragraf juga bisa dikembangkan dalam bentuk deskriptif, yang menggambarkan sesuatu dengan detail. Tidak hanya itu, paragraf juga bisa dikembangkan dalam bentuk ilustrasi yang memaparkan kejadian spesifik, yang sedang dibicarakan. Penulis juga bisa mengembangkannya dalam bentuk pemaparan fakta, statistik, dan alasan. Jadi, paragraf bisa menjelaskan suatu kenyataan objektif, penyajian data, dan penjelasan atau justifikasi sesuatu.

Di sisi lain, paragraf bisa dipaparkan dalam bentuk penjelasan kata kunci atau definisi. Biasanya paragraf seperti ini ditampilkan pada bagian awal tulisan untuk menjelaskan kata-kata yang masih awam bagi pembaca. Paragraf definisi juga akan berisi pendapat ahli tentang pengertian suatu hal.

Selanjutnya, ada pula paragraf informasi yang menjelaskan tentang terjadinya sesuatu atau yang berisi data. Ada juga paragraf yang dipaparkan dalam bentuk instruksi, proses, atau perbandingan sesuatu. Instruksi akan berisi arahan untuk melakukan sesuatu. Kemudian proses akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan terjadinya sesuatu. Sementara itu, paragraf perbandingan akan berisi penjelasan akan kelebihan suatu hal yang dibandingkan dengan hal lain atau sesuatu yang dirasa tidak familiar.

Dalam teknik menulis, penulis bisa juga menggunakan paragraf analogi, klasifikasi, atau sebab-akibat. Paragraf analogi akan berisi penjelasan mengenai kesamaan sebuah konsep yang sulit dipahami dengan konsep yang konkret dan mudah dipahami. Selanjutnya, penulis bisa menggunakan paragraf klasifikasi untuk mengelompokkan objek, fakta, atau ide yang didasarkan pada suatu sistem tertentu. Di samping itu, penulis juga sangat bisa menggunakan paragraf sebab-akibat untuk menunjukkan adanya hubungan antara sebuah kejadian dengan kejadian yang lain kepada pembacanya.

Paragraf apapun yang dipilih penulis dalam teknik menulis buku sebaiknya berisi satu gagasan. Nantinya gagasan tersebut juga perlu dipaparkan sampai pembaca bisa menangkapnya. Paragraf yang berisi lebih dari satu gagasan terkesan tidak fokus. Selain itu, inti dari paragraf juga akan sulit ditentukan.

Di samping itu kalimat-kalimat dalam paragraf juga perlu dituliskan dengan mudah. Dalam konteks ini, mudah berarti mengalir dan enak dibaca, menggunakan frasa transisi, dan mengandung pengulangan kata kunci. Kalimat yang mudah maksudnya tidak terlalu panjang, sederhana, ringkas, tetapi lebih mudah dipahami.

Kemudian kalimat juga perlu dituliskan dalam bentuk yang efektif. Artinya, penggunaan kata-kata yang berlebihan dan tidak memiliki makna tidak diperkenankan. Kata-kata yang tidak perlu ditambahkan juga sebaiknya dihindari. Selain itu, penulis juga perlu mengurangi kata-kata yang boros dan menghapusnya, selama tidak mengurangi makna atau inti dari kalimat tersebut.

Ketika dikembangkan menjadi rangkaian kata-kata pembentuk suatu paragraf, kalimat bisa juga disusun berdasarkan aspek kronologi atau kelogisan. Kalimat yang kronologis akan dituliskan sesuai dengan urutan atau tatanan waktu. Sementara itu, kalimat yang logis lebih bersifat masuk akal atau rasional. Selebihnya, kalimat yang logis ini bisa dipaparkan dari hal-hal yang sederhana ke kompleks.

Kalimat-kalimat yang disusun dengan memerhatikan aspek kesederhanaan dan kompleksitas itu bisa dituliskan dengan memberikan gambaran umum lalu mendetail. Dengan kata lain, penulis bisa menjelaskan aspek-aspek yang mudah ke aspek yang lebih sulit, tidak kontroversial ke kontroversial, dan sebagainya. Penulis juga bisa memulai dari hal-hal yang mendasar ke hal-hal yang sifatnya mudah diterima ke berbagai hal yang perlu membawa pembaca untuk turut berpikir.

Dalam teknik menulis buku, penulis bebas meletakkan kalimat topik dalam suatu paragraf di awal, tengah, dan akhir paragraf, tergantung tujuan penulis. Kalimat topik juga sebaiknya berisi sebuah inti paragraf yang kuat, yang bisa ditemukan dan dipahami pembaca setelah menerima buku di tangan. Selanjutnya dalam menuliskan kalimat penjelas, penulis perlu melihat kesamaan inti kalimat dengan topik. Ia juga perlu menulis berbagai kalimat yang menyatakan fakta, contoh, atau rincian yang mendukung inti dari paragraf. Penulis juga sebaiknya tidak menuliskan kalimat-kalimat yang tidak relevan dengan kalimat topik.

Setelah kita pahami bersama, ternyata menulis paragraf yang baik tidak sekedar menuliskan kata-kata sehingga membentuk alinea. Ada tata cara penulisan yang perlu diterapkan untuk menuliskan paragraf-paragraf yang efektif dan dipahami oleh para pembaca. Pemahaman mengenai penulisan paragraf ini penting bagi orang-orang yang menulis buku agar mereka tidak sembarangan dalam menuliskan kalimat demi kalimat.

Harapannya, setelah kita memahami ulasan mengenai penulisan paragraf di atas, kita dapat memperbaiki cara menulis yang selama ini masih belum sempurna. Selain itu, kita juga akan lebih mudah menentukan jenis paragraf yang cocok untuk menulis isi buku. Di samping itu, kita juga akan mengetahui cara-cara menyusun kalimat yang memiliki ide utama sebagai kalimat topik. Kita juga bisa belajar menuliskan kalimat-kalimat topik sehingga dalam paragraf terdapat inti yang bisa dipahami.

Tentunya teknik menulis juga akan semakin baik jika penulisan paragrafnya dengan baik. Penulis nantinya akan menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas jika ia memerhatikan cara-cara penulisan paragraf yang efektif. Dari pemahaman yang mendasar tetapi penting ini, penulis akan melihat adanya dampak bagi isi buku yang ditulis. Ia pasti akan menghasilkan tulisan yang lebih bagus. Tidak hanya sekedar bagus, tulisannya juga akan dipahami oleh lebih banyak orang. Belum lagi jika ia juga menulis buku dengan bahasa atau penjelasan yang menarik. Pastinya akan ada lebih banyak orang yang menggemari dan membaca bukunya hingga selesai.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Messenger Adhan Chaniago.
×
_

Hai! Kamu bisa kirim pesan di sini, jangan Lupa like ya... Terima kasih.