Secara harfiah berarti "pikiran kacau" atau "nalar terporak-porandakan," namun makna secara budaya dari kata Mind Blowing ini adalah, keadaan di mana suatu hal membuat orang lain menjadi takjub dan kagum tak terduga, sehingga digambarkan layaknya nalar seseorang itu sedang mengalami kekacauan.
Makna sederhananya cukup kagum saja sih. Tapi dalam arus global sekarang ini, mind blowing sering dikaitkan dengan fenomena yang membuat otak jadi kacau balau akibat ketakjuban tidak biasa yang dialami sesorang.
Kaitannya dengan kepenulisan, mind blowing bisa dikatakan sebagai sebuah konsep untuk mempengaruhi pikiran/psikologis pembaca. Membuatnya menjadi kacau sehingga larut ke dalam cerita. Pembaca ikut merasakan apa yang ada di dalam cerita. Lebih lanjut lagi, pembaca akan menyetujui pikiran tokoh walaupun itu bertolakbelakang dengan kenyataan.
Jika kalian pernah membaca cerita yang tokoh utamanya adalah penjahat, kemudian kalian bisa 'sependapat' dengan alasan-alasannya melakukan kejahatan (sebatas ranah imajinasi, tentu) berarti kalian telah terkena efek mind blowing yang diterapkan oleh penulisnya.
Contoh lain adalah ketika membaca genre horor, kemudian kalian ikut merasakan ketegangan, takut dll. padahal itu hanya membaca? Ya, singkatnya pikiran kalian telah larut sehingga ikut merasakan suasana dalam cerita.
Lalu bagaimana cara menerapkan konsep tersebut? Errr, ini pembahasan yang sangat kompleks. Mulai dari pemilihan diksi, penokohan, ploting, menuangkan ide dll. Masing-masing personal mempunyai caranya sendiri bagaimana membuat pembaca bisa larut dan hanyut ke dalam cerita. Tinggal bagaimana kita mengaplikasikan ide untuk menerapkan konsep tersebut.
Saya akan membahas secara garis besarnya saja, adapun detailnya teman-teman bisa mengembangkan sendiri.
1. Pemilihan diksi yang tepat.
Sebelum mempengaruhi pikiran pembaca, hal pertama yang dilakukan tentu saja membuat feel yang enak. Sehingga nantinya pembaca akan mudah terpengaruh. Untuk itulah dibutuhkan pemilihan diksi yang tepat. Seperti saat menulis cerita horor, pilihan diksi sebaiknya yang memancing ketakutan, ketegangan dan teror. Pun demikian dengan menulis genre romance, diksi yang digunakan tentu tidak jauh-jauh dari nuansa baper dkk. Pilihan diksi yang tepat akan meningkatkan kekuatan feel dari cerita yang ditulis.
2. Menggunakan kalimat yang memancing sugesti serta empati.
Contoh kasarnya, ketika menulis scene romantis, tidak mungkin menggunakan kalimat-kalimat biasa. Sebisa mungkin kalimat yang mendorong pembaca untuk menggerakkan hatinya. Intinya usahakan membuat kalimat yang menggerakkan hati dan perasaan. Selanjutnya, buat pembaca ikut merasakan apa yang ada di dalam cerita. Intinya, gunakan kalimat yang sesuai agar bisa membuat pembaca larut ke dalam suasana cerita.
3. Interaksi dengan pembaca.
Ketika disuguhkan dengan bacaan yang pola kalimatnya mengajak berinteraksi, entah kenapa saya begitu mudah mendapatkan feel saat membaca. Rasanya seperti ngobrol langsung dengan tokoh di dalam cerita, merasakan keresahan, kegundahan, kebahagiaan dll. apapun yang terjadi dalam cerita saya langsung ikut merasakan.
4. Banyak-banyak membaca.
Seperti yang saya katakan di awal, mind blowing merupakan pembahasan yang sangat kompleks. Setiap individu memiliki caranya sendiri. Untuk itulah, perbanyak membaca sambil memahami pola kalimat dari berbagai penulis, lambat laun gaya menulis dari mereka akan teradaptasi dengan sendirinya.
Mind blowing tidak bisa dijelaskan bagaimana pastinya untuk menerapkan, semua kembali kepada masing-masing penulisnya, jadi perbanyaklah membaca untuk menambah referensi dan wawasan.
Tidak ada komentar :
Tulis komentar...