Tips Agar Showing dan Telling Proporsional
Show don't tell!
But over show will make your readers teler*emot ketawa.
Yup, setelah pembahasan show dan tell kemarin, mungkin ada yang bertanya-tanya bagaimana agar keduanya proporsional?
Over showing sangat tidak dianjurkan, bukannya bagus malah menjadi bertele-tele. Dulu, saya pernah bahkan melakukan showing yang over-nya kebangetan, misalnya seperti ini:
Tell:
Pukul tujuh pagi aku masuk kelas.
Show (over):
Tepat saat sebuah benda bundar, dengan tiga jarum yang berputar menunjukkan pukul tujuh pagi, aku masuk sebuah ruangan yang di dalamnya berjejer meja dan kursi. Sebuah papan tulis di bagian depan.
Serius, dulu saking overshow tulisan saya jadi sangat bertele-tele (seperti contoh di atas). Pernah juga saya dapat kritik dengan nada kurang lebih seperti ini:
"Show don't tell! Sayang sekali feeling di tulisanmu rusak karena over tell tanpa showing yang cukup."
Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, jadi kita harus cermat agar show dan tell berimbang. Lalu, bagaimana tipsnya? Simple-nya sih, showing dilakukan untuk hal-hal yang sekiranya penting.
Iya, seperti kasus di atas. Jam dan kelas cukup menggunakan tell, tidak perlu dinarasikan dengan cara showing, mengingat imbasnya terhadap progres cerita tidak terlalu berasa.
Lain halnya dengan hal-hal yang sekiranya penting, semisal (genre horor-slasher) saat pelaku mengangkat pisau untuk membantai korban. Untuk menghadirkan nuansa teror, gunakan showing dengan pilihan diksi yang memicu rasa tegang, takut, teror, dll. Seperti bagaimana ekspresi pelaku, bagaimana perasaan dan kondisi psikologis korban, eksplorasi dan show hal-hal seperti itu dengan maksimal.
Atau dalam genre romantis, saat tokoh utama menunggu pasangannya. Perputaran jarum jam bisa jadi sesuatu yang penting dan butuh showing untuk mendapatkan feel yang tepat.
Jadi penting atau tidaknya tergantung pada kondisi dan kebutuhan cerita, sementara itu saja yang diperhatikan.
Tidak ada komentar :
Tulis komentar...