Latar atau setting adalah menu wajib dalam membuat cerita. Adakalanya ide cerita dan alur sudah matang, tetapi ketika terbentur dengan latar yang mentah, kadang ngeselin kan? Jadi kalau ada yang bertanya, sepenting apa sih menciptakan latar yang bagus dalam cerita? Sepenting gelas saat kita minum, sepenting piring saat kita makan. Jadi singkatnya, latar adalah tempat kita menyajikan cerita.
Untuk membentuk latar yang bagus, kita selaku penulis wajib melakukan riset. Agar data dalam setiap detail latar di cerita tidak terjadi ketimpangan. Lalu, apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat latar cerita? Berikut ulasan singkatnya.
1. Budaya
Kesalahan-kesalahan fatal yang sering dilakukan penulis pemula dalam membuat latar cerita, terutama jika mengangkat daerah baru yang belum diketahui penulis (katakanlah luar negeri, atau daerah lain) biasanya ada di aspek budaya.
Tidak jarang mereka mengimplementasikan budaya di tempat tinggalnya dengan budaya di latar cerita yang ditulis. Keseharian warga di sekitar tempat tinggal dijadikan acuan, padahal boleh jadi latar tempat yang dia ambil memiliki budaya bermasyarakat yang berbeda atau berbanding terbalik dengan di daerahnya.
Jadi untuk latar budaya, lakukan riset detail untuk setiap unsur budaya. Bagaimana mereka bermasyarakat, tatakrama dalam bergaul, bagaimana cara bersosialisasi dll. semua harus detail agar tidak terkesan tempelan.
Karena itu saya lebih memilih menggunakan setting lokal, dimana unsur budaya sudah saya hapal di luar kepala. Berbeda dengan mengangkat daerah asing, ada begitu banyak hal yang harus diperhatikan. Katakanlah menggunakan latar Jepang, saat budaya dalam cerita yang kita tulis berbeda dengan di Jepang pembaca yang tahu tentang Jepang pasti protes.
2. Ekonomi
Latar ekonomi di tempat yang kita jadikan sebagai setting tempat juga harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi kesalahan informasi yang kita ambil.
Yang perlu diperhatikan dalam sub ekonomi adalah, sistem ekonomi di tempat tersebut, mencakup sistem gaji, harga tukar uang, tingkat ekonomi masyarakat dll. Intinya, setiap detail unsur ekonomi yang ada dalam cerita harus jelas.
Saya pernah membaca seseorang memberikan review terhadap cerita yang menggunakan setting Inggris. Di cerita tersebut si pemberi review mengeluhkan detail tarif jasa pemandu wisata yang sangat murah dan tidak sesuai dengan di lapangan. Nah, kan repot kalau sudah seperti ini.
3. Sosial
Latar sosial juga harus diperhatikan, seperti norma-norma, adat, kebiasaan, sistem sosial dll.
Seperti misalnya saat kita membuat cerita dengan latar daerah Padang. Lalu dalam cerita ada acara pernikahan. Di sini harus jelas bagaimana sistem sosial di sana untuk acara pernikahan. Mau disebut sekilas saja? Sedikit banyak akan ada yang mengatakan setting hanya tempelan.
4. Detail wilayah
Semakin detail kita menggambarkan suatu wilayah yang dijadikan setting, akan semakin baik. Lengkap sampai detail sudut-sudut kota, jalan-jalan dll.
Semoga cuma saya yang gregetan saat membaca setting tempat, di sebuah wilayah (disebutkan nama), tetapi nama jalan dan wilayah tidak detail. Katakanlah seperti desa sebelah, jalan sebelah, ke pusat perbelanjaan keluar rumah belok kiri seratus meter, dll. Tidak salah, tapi menurut saya itu mengganggu, karena sudah disebut nama daerah tertentu tetapi tidak disebutkan dengan jelas.
Dari sekian novel yang saya baca, seringnya setting tempat dijelaskan. Katakanlah daerah Bandung, tokoh mau ke jalan apa, daerah mana disebut dengan jelas. Ini menarik, karena bisa menambah wawasan, juga lebih menarik untuk dibaca.
Setidaknya itu saja yang umum digunakan dalam sebuah cerita, semoga sedikit materi yang saya sampaikan bisa bermanfaat.
Tidak ada komentar :
Tulis komentar...